Featured

Monday, August 12, 2019

Meneladani Ibrahim Agar Menjadi Kekasih Allah.




Nabi Ibrahim merupakan kekasih Allah. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an : 


وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

" Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan-(Nya)."  (Q.S.4 An Nisa : 125).

Inti dari agama adalah Islam. Totalitas diri kita kepada Allah, berbuat baik, menyembah Allah dengan sebaik-baiknya dengan perasaan seolah-olah Allah sedang melihatnya, dan mencontoh yang baik-baik saja.

Ibrahim diangkat sebagai kekasih Allah karena :

1. Ibrahim adalah pribadi yang meng tauhidkan Allah, dan Ibrahim tidak termasuk kepada orang yang musyrik (tidak melakukan hal-hal yang mengandung syirik, walaupun itu syirik kecil seperti melakukan ritual-ritual yang tidak diajarkan agama Islam, melakukan sesuatu yang bukan sebab dianggap menjadi sebab, contoh : semenjak memakai cincin batu, rejeki semakin bertambah, dll. Diantara syirik asghar yang tidak terasa adalah riya. 
Ibrahim pun berani menghancurkan kemusyrikan dan kemungkaran, dengan menghancurkan berhala-berhala.
Inti dari tauhid adalah meng ikhlaskan ibadah hanya untuk Allah SWT.  Dan salah satu hal yang bisa menghapus amal adalah syirik dan riya.
Diantara doa Ibrahim yang menyelamatkannya saat dibakar oleh orang kafir adalah : "HasbunAllah wa nikmal wakil" ( cukuplah Allah sebagai pelindung/penolong).
Hal ini bisa kita teladani, saat menghadapi masalah bukan curhat dan berharap kepada makhluk/manusia, tetapi curhat dan berharaplah hanya kepada Allah SWT.

2. Ibrahim adalah pribadi yang sangat patuh dan taat kepada Allah. 
Contoh : Ibrahim melakukan khitan dalam usia 80 thn dengan menggunakan batu saat turun perintah kewajiban khitan untuk laki-laki dari Allah, tanpa bertanya kenapa dia harus melakukan hal tersebut. 
Ibrahim selalu melaksanakan semua perintah Allah dan menerima semua ujian dari Allah tanpa bertanya kenapa Allah memberikan cobaan itu kepadanya. Begitu pula saat beliau bermimpi menerima perintah dari Allah harus menyembelih anaknya. Beliau menyampaikan pada anaknya dan melaksanakan perintah tersebut tanpa bertanya kenapa Allah memerintahkan hal tersebut kepadanya.
Oleh karenanya, apa yang dilakukan oleh nabi Ibrahim menjadi napak tilas bagi umat muslim dalam melakukan ritual-ritual dalam ibadah haji, seperti melempar jumrah, safa marwah, dll.
Agama tidak boleh diukur oleh akal, oleh karenanya kita tidak perlu bertanya dan komplain kenapa kita harus melakukan ibadah. Tidak boleh ada ganjalan sedikit pun saat melakukan ibadah. Karena saat masih ada ganjalan dalam hati, maka kita tidak disebut sebagai orang yang beriman. 

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


" Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (Q.S.4 An Nisa : 65)

3. Ibrahim adalah pribadi orang yang ridho dan ikhlas terhadap semua keputusan dan takdir Allah SWT. Ridho inilah yang mendorong Ibrahim menjadi kekasih Allah SWT.
Jika kita ingin ridho terhadap takdir Allah  jangan pernah membandingkan apapun dengan orang lain, karena hal itu bisa menjadikan kita kufur nikmat.
Nabi bersabda, "Aku bangga dengan pribadi muslim. Karena semua urusan muslim itu baik/hebat. Jika dia mendapatkan kebaikan dia bersyukur dan jika mendapat kepahitan itu pun menjadi kebaikan baginya." (H.R. Imam Bukhari)

Kita harus meyakini, bahwa apapun keputusan Allah bagi kita, itulah yang terbaik bagi kita.

Agar kita bisa bertauhid kepada Allah dengan benar seperti nabi Ibrahim, salah satu caranya adalah mencari ilmu agama yang benar, rajin mendatangi majelis taklim dengan ulama yang benar-benar memegang teguh kepada Al Qur'an dan hadis. Jika hal ini  istiqomah dilakukan maka lama kelamaan akan membentuk karakter menjadi pribadi yang lebih sholeh dan bertauhid yang benar kepada Allah.

Resensi : 
Majelis Percikan Iman 
4 Agustus 2019
Masjid Trans Studio Bandung

Ust. Budi Hataat, Lc.

Wednesday, July 24, 2019

Manusia Masalah dan Solusinya





Allah memanggil manusia di dalam Al Qur'an dengan 4 panggilan, yaitu :

1. An Naas : Allah memanggil manusia dalam Q.S. Al Baqarah 21 dengan sebutan An Naas dan manusia harus punya ciri khusus, dalam sebutan ini ciri khusus nya adalah ibadah.


يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

" Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa." (Q.S.2 Al Baqarah : 21)

2. Al Insan : Allah menyebut manusia dalam Q.S. At Tin 4 - 6 dengan sebutan Al Insan, yang punya ciri khusus akhlak yg mulia, krn Al Insan hrs menjunjung tinggi Allah. Setinggi apapun jabatan manusia akan hancur jika tidak punya ahlak yang mulia. Moralnya akan rusak.


لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ. ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَافِلِيْنَۙ. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ

" Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya." (Q.S.95 At-Tin 4-5)


3. Basyarun : Dalam Qur'an Surat Al Mu'minun 33 Allah menyebut manusia dengan panggilan Basyarun sebagai makhluk biasa yang butuh makan, minum dan tidak bisa hidup sendiri.

وَقَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِلِقَاۤءِ الْاٰخِرَةِ وَاَتْرَفْنٰهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۙ مَا هٰذَآ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْۙ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُوْنَ

" Dan berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya dan yang mendustakan pertemuan hari akhirat serta mereka yang telah Kami beri kemewahan dan kesenangan dalam kehidupan di dunia, “(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan apa yang kamu makan, dan dia minum apa yang kamu minum.” (Q.S.23 Al-Mu'minun : 33)


4. Bani Adam : Dalam Qur'an surat Al A'raf 172 disebutkan bahwa manusia sebagai anak cucu Adam (Bani Adam) punya sejarah hidup sendiri-sendiri, nasib sendiri-sendiri, tapi agamanya bisa sama. 

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” " (Q.S.7 Al A'Raf : 172)


Dari semua panggilan tersebut, pada akhirnya ada kesimpulan bahwa tidak ada manusia yang tidak mempunyai masalah. Hal ini pun disebutkan dalam Al Quran surat AL Balad 4 :


لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍۗ

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (Q.S.90 Al-Balad : 4)


Manusia adalah makhluk yang bermasalah, pembuat masalah dan tidak bisa lepas dari masalah.

Dari sebutan pertama dan kedua, menandakan bahwa ibadah dan akhlak manusia bisa berbeda diantara anggota keluarga sekalipun. Ada yang suaminya sholeh istrinya tidak atau sebaliknya, atau orangtuanya shaleh/shalehah tetapi anaknya hancur keimanan dan ketakwaannya.. atau juga bisa sebaliknya. 

Dari sebutan ke tiga membuat kebanyakan manusia mempunyai kecenderungan lebih kuat kepada dunia daripada kecenderungan pada akhirat, karena manusia punya banyak kebutuhan untuk hidup. Hal inilah yg menyebabkan manusia banyak melakukan maksiat. Padahal saat manusia meninggal, yang akan dibawa ke alam kubur hanyalah amalan kita.

Dari sebutan ke empat membuat manusia kadang merasa iri dengan kelebihan atau keberhasilan orang lain.

Islam sebagai agama yang sempurna, bisa memberikan solusi untuk semua masalah yang dihadapi manusia.

Ada 7 teori yang bisa menghantarkan manusia pada kesuksesan, dalam arti sukses mengatasi segala masalah, sehingga bisa menikmati hidup dengan nyaman ;

1. Menyerahkan jiwa raga hanya untuk Allah. 

Ibadah kita, kerja kita, usaha kita semua karena Allah. Tetapkan dalam hati, bahwa ibadah kita, hidup kita dan mati kita pun ikhlas hanya untuk Allah. Karena jika mencari kepuasan dunia itu sebetulnya hanya sementara tapi kenikmatan di akhirat akan kekal. Oleh karena itu kita pun harus selalu minta tolong dan berharap pada Allah, karena jika minta tolong dan berharap pada manusia kita bisa kecewa dan merasa cape.
                                                   
2. Kita harus yakin bahwa yang mengatur hidup kita adalah Allah. 

Bukan orang lain yang mengatur hidup kita. Jika kita sudah meyakini bahwa semua sudah diatur oleh Allah, maka apapun yang terjadi pada hidup kita, kita tidak akan merasa galau. Karena yakin Allah sudah mengatur semuanya. Dengan keyakinan ini kita akan merasa ringan dalam menghadapi segala masalah.
                                                 
3. Jadikan ibadah itu sebagai hobi kita, lebih dari hidup kita. 

Jika kita selalu mendekatkan diri pada Allah dengan ibadah yang sebaik-baiknya karena mengharapkan cinta Allah, maka Allah pun akan mencintai Kita. Hal ini disebutkan dalam AL Qur'an Surat Ali Imran 31-32 sebagai berikut :                                                                                                               
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ. قُلْ اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ ۚ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْكٰفِرِيْنَ

"Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Katakanlah (Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”"    
                 
4. Hiasi diri dengan akhlak mulia. 

Karena inilah yang menjadi solusi dalam kehidupan dan akan mendatangkan banyak barokah. Orang yang berakhlak mulia bukan hanya dicintai Allah, tapi orang-orang di sekitarnya pun akan menyukainya, Hal inilah yang akan mendatangkan barokah.                                                                                 
5. Sabar dan Syukur. Kita akan merasa lelah menjalani hidup jika tidak mempunyai kesabaran yang dilandasi dengan keihlasan, karena orang yang sabar belum tentu ikhlas tetapi orang yang ikhlas sudah pasti akan mempunyai kesabaran. Karena orang yang ikhlas adalah orang yang menggantungkan hidupnya hanya pada Allah. Bersyukur dalam segala kondisi akan mendatangkan rejeki dan pertolongan Allah.  

 
6. Disiplin dengan aturan Allah dan rajin berinfak. 

Sedikit saja melanggar aturan Allah,  bisa merusak segala-galanya. Rajin berinfak akan mendatangkan 3 keuntungan, yaitu bisa menolak bala, bisa membuat kaya, bisa melipat gandakan harta yang diinfakkan. Hal ini disebutkan dalam Qur'an Surat Al-Baqarah 261 sebagai berikut :
                                                                                        
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ                                 

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui." 
                                                                                                            
7. Sholatlah di malam hari disaat orang tertidur lelap dan berdoalah dengan sepenuh hati kepada Allah. 
Karena pada waktu itu Allah turun ke langit dunia dan akan mengabulkan semua permintaan hambaNya yang meminta pada pertengahan malam itu.



Ketujuh kunci ini akan bisa kita amalkan jika dibarengi dengan ilmu. Salah satu caranya dengan menghadiri berbagai majelis taklim/ilmu, untuk memperkaya ilmu agama kita, sehingga kita tidak akan salah dalam mengamalkannya. Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman diantara kamu dan yang gemar mencari ilmu.


Sumber : Kajian Majelis Percikan Iman oleh Ust. KH. Komaruddin Sholeh.

Wednesday, July 10, 2019

Melawan Ego




Meminta maaf itu sulit, tapi balasan dari Allah sungguh luar biasa. 
Dan balasan itu tergantung dari tingkat kesulitan dalam beramal. 
Makin berat ego yang harus kita lawan, makin besar pahalanya.
.
Seorang Rasul saja meminta maaf kepada umatnya. 
Lalu siapa kita, suami/istri yang sulit meminta maaf pada pasangannya? 
Lalu siapa kita? Anak yang sulit meminta maaf pada orang tuanya? 
Lalu siapa kita? Seseorang yang sulit meminta maaf pada saudaranya.
.
Obat ego itu adalah iman.
Karena yakin, semua yg dilakukan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. 
Dan Allah cinta ‘banget’ pada orang yang meminta maaf. 
Jadikan semua amal yang kita lakukan hanya untuk Allah.
Meminta maaf untuk Allah.
Memaafkan untuk Allah.
Menahan amarah untuk Allah.
Semua kebaikan didunia untuk Allah.
Kalau bukan karena Allah kita tidak sanggup.
Maka jangan meminta maaf untuk orangnya, tetapi untuk Allah. 
Maka Allah akan melapangkan dada kita untuk meminta maaf. 
.
Iman mengalahkan ego. 
Orang yg beriman akan bisa melawan ego dalam segala hal. 
Maka lebih baik meminta maaf selagi di dunia (selesaikan di dunia), daripada dibawa sampai ke akhirat akan menjadi berat pertanggungjawabannya. 
.
“Lawan Ego”
Bersama : ustadz Hanan Attaki
Qori : Imam Mubarak
Sabtu, 17 Februari 2018
Masjid Agung TSB, Bandung

.
#shafmuslimah #shafmuslimah.bdg #ustadzhananattaki #imammubarok #masjidagungtsb #bandung #indonesia

Wednesday, March 6, 2019

Hidayah Itu Dijemput Bukan Ditunggu




Orang yang mendapat hidayah akan merasa ringan dalam menjalankan segala perintah Allah.. Hal ini dijelaskan dalam Q.S.6.Al An'am : 125 sebagai berikut :

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

" Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman." (6.Al-An'ām : 125)

Tangga menuju hidayah:


1. Harus ikhtiar/usaha. 
Untuk mendapatkan hidayah, kita tidak bisa hanya diam tetapi harus berikhtiar, seperti halnya ikhtiarnya nabi Ibrahim dlm mencari Tuhan nya, yang dijelaskan dalam Q.S.6. Al An'am :74-79 sebagai berikut :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ. وَكَذَٰلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ. فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ. فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ. فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ. إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

" Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar, "Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan Kami yang terdapat di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang lalu dia berkata, "Inilah tuhanku." Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, "Aku tidak suka kepada yang terbenam.Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, "Inilah tuhanku." Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, "Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah tuhanku, ini lebih besar." Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, "Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Aku hadapkan wajahku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.""  (6.Al-An'ām : 74-79)


2. Belajar ilmu hidayah
Sumber hidayah yang paling utama adalah Al Qur'an. Maka dari itu, kita harus belajar ilmu yang ada di dalam Al Qur'an, seperti dijelaskan dalam Q.S.2.Al Baqarah : 2 dan Q.S.39. Az Zumar : 53-56 sebagai berikut :


ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

" Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa," (2.Al-Baqarah : 2)


قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ. وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ. أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ

" Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur'an) dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang kamu tidak menyadarinya, agar jangan ada orang yang mengatakan, "Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang mengolok-olokkan (agama Allah)," (39.Az-Zumar : 53-56)


3. Membina diri dengan iman. 

Iman itu seperti halnya tanaman, yang harus dirawat dengan baik. Karena keimanan seseorang itu bisa berubah-ubah, maka kita harus selalu merawat keimanan kita agar tidak mati/hilang sama sekali. Hal ini dijelaskan dalam : Q.S.14.Ibrahim : 24-25, Q.S.39. Az-Zumar :18, dan Q.S.47.Muhammad :17 sebagai berikut : 

  .أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

" Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat." (14.Ibrāhim : 24-25)


الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ

" (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat." (39.Az-Zumar : 18)

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

" Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka." (47.Muhammad : 17)


4. Melatih diri dengan amal shaleh.
Kita harus selalu melatih diri untuk melakukan amalan sholeh, hidayah akan diberikan Allah karena keimanan kita. Seperti dijelaskan dalam Q.S.10.Yūnus : 9 sebagai berikut : 

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ ۖ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ

" Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, niscaya diberi petunjuk oleh Tuhan karena keimanannya. Mereka di dalam surga yang penuh kenikmatan, mengalir di bawahnya sungai-sungai." (10.Yūnus : 9)



Cara menjemput hidayah :

1. Berdoa utk diri sendiri dan anak-anak kita
, supaya qalbu kita selalu lurus dan nikmat dalam melakukan kebaikan. Doa untuk diri sendiri bisa kita ambil dalam Q.S.3.Ali Imron : 8 sebagai berikut :




(Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (3.Ali Imron : 8)

Sedangkan doa untuk anak-anak atau keturunan kita, bisa kita ambil dari : Q.S.25.Al Furqan : 74



"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (25.Al Furqan : 74)

2. Bersahabat dengan orang shaleh. 
Mempunyai teman yang sholeh ini merupakan salah satu cara kita agar bisa mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Karena teman yang sholeh akan selalu mengajak kita kepada kebaikan. Hal ini dijelaskan dalam Q.S.26.As-Syu'ara : 83-85 dan Q.S.25.Al Furqan : 27-39 sebagai berikut :  


.رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ. وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ. وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ


"(Ibrahim berdoa), "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan,"" (26.Asy-Syu'arā : 83-85)


وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا. يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا.  لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا. وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا. وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ ۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا.  وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا.  وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا.  الَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ إِلَىٰ جَهَنَّمَ أُولَٰئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ سَبِيلً

" Dan (ingatlah) pada hari ketika orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, "Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama rasul. Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku, sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qur'an) ketika (Al-Qur'an) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia." Dan rasul (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan." Begitulah, bagi setiap nabi, telah Kami adakan musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong. Dan orang-orang kafir berkata, "Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?" Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar). Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu membawa sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik. Orang-orang yang dikumpulkan di Neraka Jahanam dengan diseret wajahnya, mereka itulah yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya." (25.Al Furqan : 27-39)


3. Membaca, menghayati dan mengamalkan sumber hidayah, yaitu al qur'an.
Dalam Q.S.81.At Takwir : 26 disebutkan bahwa : 



" maka ke manakah kamu akan pergi?" (81.At Takwir : 26)

Maksud dari ayat ini adalah setelah diterangkan bahwa Al Qur'an  itu benar-benar datang dari Allah dan di dalamnya ada pelajaran dan petunjuk yang membimbing manusia ke jalan yang lurus, ditanyakanlah kepada orang-orang kafir itu, " Jalan manakah yang akan kamu tempuh lagi?"
Hal ini menunjukkan bahwa Al Qur'an adalah sumber hidayah dan petunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupan di dunia dan meraih kebahagiaan di akhirat.

4. Pupuk jiwa kita dgn ilmu - ilmu atau ajaran islam. 

Jika kita selalu memupuk jiwa kita dengan ilmu agama atau ajaran Islam, maka Allah pun akan menambahkan petunjuk kepada kita, seperti yang dijelaskan dalam Q.S.47.Muhammad : 17 sebagai berikut : 



" Dan oraang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya." (47.Muhammad : 17)

5. Melatih diri untuk konsisten dalam beramal. 

Jika kita konsisten dalam beramal shaleh dan berpegang teguh pada kitab suci Al Qur'an dan ketetapan agama, maka akan dijauhkan dari kesesatan walaupun Rasulullah sudah tidak ada bersama kita. Hal ini dijelaskan dalam Q.S.3.Ali Imron : 101 sebagai berikut:



" Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Siapapun yang berpegang teguh kepada agama Allah, sungguh ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (3.Ali Imron : 101)


Ciri-ciri orang yang mendapat hidayah :


1. Merasa mudah dalam beramal shaleh..
Orang yang mendapatkan hidayah, akan merasa nikmat dalam beribadah dan mudah dalam melakukan segala amalan yang baik, seperti halnya dijelaskan dalam Q.S.6. Al An'am : 125 sebagai berikut :


فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ


" Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman." (6.Al-An'ām : 125)

2. Menjadi pendengar terbaik dan mengikuti ajaran terbaik. 

Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an Su.39 : 18 Az Zumar 39 : 18)


الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ

" (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat."  (39.Az-Zumar : 18)


3. Hatinya hidup ketika mendapatkan/mendengar peringatan-peringatan Allah, seperti tanah yang dapat menyerap air untuk disimpan sebagai cadangan dan akan menjadikannya subur.. Hal ini dijelaskan dalam Q.S.25.Al Furqan : 73 sebagai berikut:



" Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan, mereka tidak bersikap seperti orang tuli dan buta." (25.AL Furqan : 73)

4. Mampu mengendalikan hawa nafsu.

Salah satu tanda orang yang bertakwa pada Allah adalah dia bisa menahan hawa nafsunya, hawa nafsu terhadap amarahnya dan yang menjurus kepada keburukan/maksiat.
Hal ini dijelaskan dalam Q.S.79.An Naazi'aat : 40-41 sebagai berikut: 


وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ.  فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ


" Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya)." (79.An Naazi'aat : 40-41)

5. Ada kerinduan pada Allah yang diwujudkan dengan ketekunan dalam beribadah, baik beribadah kepada Allah (vertikal) maupun berbuat baik kepada orang lain (horisontal).  Hal ini dijelaskan dalam Q.S.8.An Anfal : 2-4 sebagai berikut :


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ.  الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ.  أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ



" Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah kuat imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat dan yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia." (8.Al-Anfāl : 2 - 4)


Sumber : 
Kajian Majelis Percikan Iman, 14 Januari 2018 oleh Ust.Dr. Aam Amiruddin, M,Si



Copyright © 2015 Catatan Kajian Majelis Taklim Bandung
| Distributed By Gooyaabi Templates