Featured

Monday, August 22, 2016

Anakku AmanahMu





Ada beberapa hal tentang anak yang harus kita pahami, yaitu :

I. Anak itu sebagai perhiasan hidup.
Rasul melarang kita berbicara yang jelek-jelek terhadap anak kita, walaupun kita sedang marah terhadap anak. Karena anak juga harus dihargai, harus dijaga perasaanya agar tidak terluka. Jadi, ucapkanlah selalu kata-kata yang positif terhadap anak, termasuk saat menasehatinya. Contohnya, jika anak susah mandi, akan lebih enak didengar dan diterima oleh anak jika kita menasehatinya dengan perkataan yang baik, seperti : "Nak.. mandi dulu ya biar badanmu segar, wangi dan sehat.." ketimbang menasehatinya dengan perkataan yang dapat melukai hati anak, seperti : " Nak.. mandi dulu biar badanmu gak bau seperti itu.."  Mungkin hal ini sering dianggap sepele, tetapi perkataan yang tidak baik itu bisa membekas di hati anak dan menurunkan rasa percaya diri pada anak.

II. Anak bisa merupakan fitnah atau ujian hidup bagi kita.  
Seperti dijelaskan dalam Al Qur'an : 




" Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar." (Q.S. An Anfal 8; 28) 

Oleh karenanya, kita harus tetap berkata dan bersikap baik terhada anak walaupun anak tersebut mengecewakan kita.

III. Anak bisa menjadi musuh bagi kita.
Terkadang anak bisa menghalangi kita untuk beramal shaleh atau beribadah kepada Allah SWT. Jangan sampai gara-gara anak kita tidak bisa beribadah atau anak dijadikan alasan untuk tidak beribadah. Contohnya, kita sampai meninggalkan sholat dengan alasan tidak sempat karena sibuk mengurus segala keperluan anak.

Hal ini dipertegas oleh ayat-ayat Al Qur'an sebagai berikut :




" Hai orang-orang beriman! sesungguhnya di antara pasangan-pasanganmu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Q.S.At-Taghaabun 64;14)




" Hai orang-orang beriman! janganlah harta dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Siapapun yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (Q.S.Al-Munaafiquun 63;9)

Kita tidak boleh lupa kepada Allah karena anak. Karena itu, kita dilarang melahirkan anak yang lemah, tetapi harus melahirkan anak yang sholeh, dengan cara :

  1. Hendaklah kita punya rasa khawatir pada anak,
  2. Bertakwa pada Allah untuk melahirlan anak yang shaleh,
  3. Berkata yang baik. Berkata yang baik bukan berkata secara pelan-pelan, tetapi sesuai dengan kaidah agama, jujur apa adanya.


Karena anak adalah amanah dari Allah, tentunya kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah. Oleh karena itu kita harus mendidik anak agar menjadi shaleh.

Beberapa hal yang menjadi pemicu kenakalan anak yang harus kita perhatikan adalah sebagai berikut  :


  1. Kegersangan cinta; dalam hal ini berarti kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua.
  2. Suka dipukul dan dipermalukan; salah satu contohnya, jangan pernah memarahi anak didepan banyak orang atau teman-temannya.
  3. Munculnya kemiskinan; jika kita sedang kekurangan materi atau sesuatu, harus disampaikan kepada anak dan minta pengertian dari anak.
  4. Di jaman sekarang memang kita tidak mungkin menghindari internet dan gadget pada anak, maka antisipasi nya dari orangtua adalah berdialog secara terbuka dengan anak, dekati anak dan ajak berdialog secara halus mengenai teman-teman dan hal-hal lainnya.


Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah Swt untuk bisa menjadi orangtua yang shaleh, bijaksana dan melahirkan anak-anak yang shaleh pula.. Aamiin YRA...


Sumber : Kajian Islam Selama Sepekan (KISS) Ramadhan 1437 H,  Majelis Taklim Ummahatul Firdaus, oleh Ust. Ahmad Humaedi.

Sumber Gambar : Google.co.id

Wednesday, August 17, 2016

Mengenal Golden Age Dalam Islam





Manusia awalnya berada pada masa yang tidak dapat diberikan nama sekalipun, kemudian Allah menjadikan nya sempurna melalui proses biologis dari air mani terbaik dan dijadikan bisa mendengar dan melihat, maka manusia pun bisa bersyukur ataupun jadi kufur, karena manusia punya kecenderungan baik dan buruk.  Hal ini dijelaskan dalam ayat-ayat Al Qur'an sebagai berikut ; 





" Bukankah pernah datang kepada manusia suatu masa, yang ketika itu ia belum menjadi sesuatu yang bisa disebut? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sel sperma yang membuahi ovum. Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), lalu Kami jadikan manusia bisa mendengar dan melihat. Sesungguhnya, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur." (Q.S.Al-Insaan 76 : 1-3)  

Maksud dari ayat diatas antara lain adalah : Manusia harus sadar bahwa dirinya berasal dari "ia belum menjadi sesuatu", bahkan tidak punya nama. Oleh karena itu, manusia tidak boleh takabur, karena berasal hanya dari sel sperma yang sangat lemah. Pada prinsipnya, Allah telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran kepada manusia. Namun, manusia sendirilah yang menentukan apakah ia akan mengambil jalan lurus untuk menjadi orang yang bersyukur atau mengambil jalan kufur.




" Katakan, "Allah-lah yang menciptakanmu dan menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati nurani". Tetapi sedikit sekali kamu bersyukur." (Q.S.Al-Mulk 67 : 23)



"...demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." (Q.S.As-Syams 91: 7-10). 


Manusia yang bisa menahan diri dari dorongan buruk, maka akan beruntung dan mendapatkan surga dari Allah, seperti dijelaskan dalam Al Qur'an :




Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sungguh, syurgalah tempat tinggalnya."  (Q.S. An-Naziat 79 ; 40-41)

Seseorang yang terjerumus dalam dosa bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu eksternal dan internal. Faktor eksternal dapat dihindari dengan pandai memilih teman, karena persahabatan pun suka mencuri tabiat. Contohnya, saat kita akan pergi ke majelis ilmu atau pengajian, tiba-tiba tidak jadi pergi karena teman yang diajak pun tidak mau pergi atau malah mengajak ke tempat-tempat hiburan. Sedangkan faktor internal dapat dihindari dengan cara banyak berdoa, minta kepada Allah Swt agar diberi kekuatan dan teman yang sholeh. Jika yang muncul pada diri kita adalah sifat-sifat yang baik, maka kita akan menjadi bahan pembicaraan yang baik bagi generasi selanjutnya. Maka berdoalah seperti doa nabi Ibrahim: 




Ibrahim berdo'a, "Ya Tuhanku, berikanlah ilmu kepadaku dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, jadikan aku buah tutur yang baik bagi orang-orang setelahku, jadikan aku orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan." (Q.S.Asy-Syu'araa 26 ; 83-85)

Pada saat manusia dibangkitkan dan tiap orang hanya mengurusi diri sendiri, orang-orang yang selalu memunculkan dorongan-dorongan baik pada dirinya, wajahnya akan tersenyum bahagia. Sebaliknya, yang selalu memunculkan dorongan-dorongan buruk, akan berwajah muram. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an : 



" Maka, apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, serta dari istri dan anak-anaknya. Pada hari itu, setiap orang sibuk menyelamatkan dirinya sendiri. Pada hari itu, ada wajah-wajah yang berseri-seri, tertawa dan bergembira, dan pada hari itu ada pula wajah-wajah suram, yang tertutup oleh kehinaan dan kesusahan. Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka." (Q.S. Abasa 80 ; 33-42).

Selain itu, orang yang selalu mengasah jiwanya dengan dorongan yang baik, akan dipanggil dengan jiwa yang tenang dan Allah pun meridhoinya. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an:



 " Hai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Masuklah ke golongan hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku." (Q.S.Al Fajr 89 : 27-30).

Yang termasuk ke dalam golongan hamba-hamba pilihan Allah dalam ayat diatas adalah seperti yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur'an sebagai berikut: 



"Siapapun yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya (Muhammad), mereka akan bersama-sama dengan orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu : para nabi, para pecinta kebenaran (shiddiiqiin), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (Q.S.4:69). 



" Yaitu syurga 'Adn. Mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedangkan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu."  (Q.S.Ar-Ra'ad 13 : 23).

Jadi, yang termasuk golongan hamba-hamba pilihan Allah dalam dua ayat diatas yaitu: para nabi, para pecinta kebenaran (shiddiiqiin), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh serta orang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya.


Semoga bermanfaat...


Sumber : Kajian Islam Intensif Istiqamah Ramadhan, 6 Juni 2016 oleh Ust. Aam Amiruddin. 

Sumber Gambar : Google.co.id

Friday, August 5, 2016

Menjadi Orangtua Yang Shaleh





Anak adalah amanah Allah yang harus kita jaga dan didik dengan baik, sehingga bisa menjadi anak yang sholeh dan takwa pada Allah Swt. Untuk mendidik anak menjadi shaleh tentunya harus mendapatkan teladan yang baik juga dari orangtua nya. Maka orangtua pun harus bisa menjadi orangtua yang shaleh.

Untuk menjadi orangtua yang baik dan sholeh, terlebih dahulu harus mengetahui tipe-tipe anak.

Ada 3 macam tipe anak menurut Islam :

  1. Zinatul hayat, yaitu anak yang bisa mengangkat martabat orangtua.
  2. Fitnatun, yaitu anak yang menjadi sumber penderitaan bagi orangtua.
  3. Qurata'ayun, yaitu anak yang menjadi penyejuk hati orangtua. (q.s. al furqan:  )


Tentu kita sebagai orangtua tidak mengharapkan mempunyai anak dengan tipe fitnatun, maka orangtua pun harus membangun pilar-pilar keshalehan di lingkungan rumah.

Ada 4 pilar yang harus dibangun di lingkungan rumah yang sholeh :

  1. Kekuatan agama, bisa dibangun dengan cara mendengarkan ceramah secara bersama-sama atau melakukan ibadah secara berjamaah.
  2. Kekuatan cinta, karena semua sifat yang baik ada pada cinta. Pemaaf, husnudzan, membalas keburukan dengan kebaikan, dll. Semua sifat baik itu tidak mungkin ada tanpa cinta.. Allah akan memberikan kebaikan pada keluarga yang penuh cinta.
  3. Kekuatan kata-kata, karena kata-kata merupakan doa, jadi kita harus selalu mengucapkan kata-kata yang baik kepada anak-anak, termasuk saat sedang marah sekalipun, seperti disebutkan dalam Al Qur'an :  
    "
    Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka dan khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berbicara dengan tutur kata yang benar." (Q.S.An-Nisa 4 ; 9). Ayat ini menjelaskan bahwa orangtua harus berusaha meninggalkan anak-anak yang shaleh, berkualitas, sejahtera, sehat dan cerdas, dengan cara bertakwa kepada Allah dan menjaga tutur kata.
  4. Kekuatan sejarah, semua orang pasti akan meninggalkan cerita atau sejarah. Oleh sebab itu, tinggalkanlah sejarah yang bagus untuk dikenang oleh anak-anak kita. Seperti doa nabi Ibrahim yang tertulis dalam Al Qur'an : 
    "Ibrahim berdo'a, "Ya Tuhanku, berikanlah ilmu kepadaku dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, jadikan aku buah tutur yang baik bagi orang-orang setelahku, jadikan aku orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan, ampunilah ayahku, sesungguhnya ia termasuk orang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, yaitu pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" (Q.S. Asy-Syu'ara 26 : 83-89)


Dua hal yang utama agar bisa menjadi orangtua yang shaleh adalah dengan mengetahui terlebih dahulu kewajiban terhadap anak dan juga ciri-ciri orangtua yang shaleh.

I. Kewajiban orangtua terhadap anak

Sebagai orangtua, kita wajib mendidik anak, menyiapkan masa depannya, bagaimana kita menyiapkan bekal agar anak-anak kita siap menghadapi tantangan di zaman nya, dan mengajarkan akhlak yg baik, seperti yang dijelaskan dalam Al Qur'an :
"Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka dan khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berbicara dengan tutur kata yang benar." (Q.S. An-Nisa 4 : 9)

II. Ciri orangtua yang shaleh:

  1. Memberi teladan yang baik.
  2. Berlaku adil terhadap semua anak.
  3. Mendidik dengan kasih sayang. Rasulullah bersabda, "Ciumlah anak cucumu, karena imbalan dari setiap ciuman adalah surga" (H.R.Bukhari). Ada 5 Bahasa cinta, yaitu : katakan, sentuhan, hadiah, kejutan, dan doa.
  4. Mengutamakan musyawarah, alias tidak boleh otoriter, karena anak kita harus dihargai juga pendapatnya, prinsipnya, dll.


Lalu, bagaimana caranya untuk bisa menjadi orangtua shaleh? 
Kiat atau cara menjadi orangtua yang shaleh adalah sebagai berikut :


  1. Memiliki wawasan tentang pendidikan, misalnya dengan cara menghadiri acara-acara parenting. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an :  
    "Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani akan diminta pertanggungan jawabnya."  (Q.S. Al Isra 17 ; 36)
  2. Mensyukuri anak sebagai anugrah. Oleh karenanya, kita harus selalu memberikan yang terbaik pada anak-anak. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an :  
    "Orang orang yang berdoa, "Ya Tuhan kami, anugrahkan kepada kami pasangan dan keturunan yang menjadi penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.'" (Q.S. Al-Furqan 25; 74)
  3. Posisikan anak sebagai amanah. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an sebagai berikut:  

    "Hai orang-orang beriman! jangan kamu khianati Allah dan Rasul dan jangan kamu khianati amanat yang dipercayakan kepadamu, padahal kamu mengetahui. Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar." ( Q.S. Al-Anfal 8 ; 27-28)
  4. Sabar dalam mendidik anak, seperti sabar yang dijelaskan dalam Al Qur'an :
    "Hai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, Tetaplah waspada dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (Q.S. Ali Imran 3 ; 200)


Itulah catatan yang saya rangkum mengenai kiat atau cara Menjadi Orangtua Yang Shaleh.. Semoga bermanfaat..


Sumber : Kajian Majelis Percikan Iman oleh Ust.Aam Amiruddin
Sumber gambar : google.co.id

Copyright © 2015 Catatan Kajian Majelis Taklim Bandung
| Distributed By Gooyaabi Templates