Featured

Monday, February 28, 2022

Menjawab Ujian Kehidupan






Ada 2 tipe manusia dalam merespon perubahan :

  1. Tidak menerima kenyataan sehingga menjadi depresi, putus asa bahkan menjadi murtad. Orang seperti ini akan menderita kerugian di dunia dan akhirat. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an  :   
    وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّعْبُدُ اللّٰهَ عَلٰى حَرْفٍۚ فَاِنْ اَصَابَهٗ خَيْرُ ِۨاطْمَـَٔنَّ بِهٖۚ وَاِنْ اَصَابَتْهُ فِتْنَةُ ِۨانْقَلَبَ عَلٰى وَجْهِهٖۗ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَۗ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِيْنُ

    "Di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan keraguan. Jika memperoleh kebajikan, ia merasa puas dan jika ditimpa cobaan, ia murtad (kembali kafir). la rugi di dunia dan akhirat. Itulah kerugian nyata." (Q.S.22 Al Hajj : 11)

    QS. Al-Hajj:11




  2. Menerima dengan ridho, dan merasa cukuplah kepada Allah berharap. Dan dia bisa berubah menjadi lebih baik dengan mengambil pelajaran/hikmah. Maka boleh jadi di dunia dia merasa sakit, tetapi di akhirat dia akan mendapatkan kebahagiaan.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
    وَلَوْ اَنَّهُمْ رَضُوْا مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗۙ وَقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ سَيُؤْتِيْنَا اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ وَرَسُوْلُهٗٓ اِنَّآ اِلَى اللّٰهِ رَاغِبُوْنَ ࣖ

    "Sekiranya mereka benar-benar ridho dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka dan berkata, “Cukuplah Allah bagi kami. Allah dan Rasul-Nya akan memberikan sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya, kami orang-orang yang berharap kepada Allah.”" (Q.S.9 At Taubah : 59)


       


Jika sesuatu terjadi, kita harus melakukan muhasabah apakah yang menimpa kita ini musibah, azab atau ujian. Berikut perbedaan antara musibah, azab dan ujian.


Musibah adalah penderitaan yang terjadi disebabkan kelalaian manusia. Contoh bencana banjir, dll.  

Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an :


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا

" Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, semuanya dari Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari kesalahanmu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi rasul kepada seluruh manusia. Cukuplah Allah yang menjadi saksi."  (Q.S.4 An-Nisa : 79)

QS. An-Nisa':79



Terjemahan berdasarkan Al-Muasir


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ

" Musibah apa pun yang menimpamu disebabkan oleh perbuatanmu sendiri. Allah memaafkan sebagian besar kesalahanmu." (Q.S.42 As-Syuara : 30)

QS. Asy-Syura:30



Terjemahan berdasarkan Al-Muasir


Musibah harus diselesaikan dengan ikhtiar. 


Azab adalah penderitaan yang terjadi disebakan kedurhakaan / dosa manusia. Hal ini jelas tertulis dalam Al Qu'an : 


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Seandainya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Namun, mereka mendustakan ayat-ayat Kami. Maka, Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."  (Q.S. 7 Al A’raf: 96)



Terjemahan berdasarkan Al-Muasir


Ujian adalah penderitaan atau kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia sebagai hak prerogatif Allah. Jadi ujian bukan hanya berbentuk penderitaan saja, tetapi kebahagiaan yang kita dapatkan pun bisa merupakan ujian. Allah akan menguji manusia sebelum manusia itu kembali pada Allah, untuk mengetahui siapa yang lebih baik diantara manusia. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an :


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

" Setiap makhluk bernyawa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami."  (Q.S.21 Al-Anbiya' : 35)



Terjemahan berdasarkan Al-Muasir

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا

" Sesungguhnya, Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagi mereka agar Kami menguji mereka, siapa di antara mereka yang paling baik perbuatannya."  (Q.S.18 Al-Kahfi : 7)

QS. Al-Kahf:7



Terjemahan berdasarkan Al-Muasir


Karena ujian merupakan cara untuk menyeleksi siapa yang paling baik imannya, oleh karena itu kita harus berusaha untuk menyelesaikan setiap ujian yang diberikan kepada kita, seperti dijelaskan dalam Al Qur'an :  


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:.

 اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan, “Kami telah beriman,” padahal mereka tidak diuji? Sungguh, Kami telah menguji orang- orang sebelum mereka. Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang benar imannya dan orang-orang yang dusta. (QS.29 Al-'Ankabut:2-3)


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ

" Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar?" Q.S.3 Ali Imran : 142



Terjemahan berdasarkan Al-Muasir

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirmaSungguh, Kami telah menguji orang- orang sebelum mereka. Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang benar imannya dan orang-orang yang dusta.

QS. Al-'Ankabut:3



Terjemahan berdasarkan Al-Muasir

Catatan

Jihad memiliki beberapa makna, di antaranya: 

a) Berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang Islam yang tertindas; 

b) Memerangi atau menundukkan hawa nafsu; 

c) Mendermakan harta untuk kebaikan Islam dan umat Islam; 

d) Memberantas kejahatan dan menegakkan kebenaran.



Bagaimana kita menjawab ujian? 

Kita harus mengelola hati dengan husnudzon.


Husnudzon akan muncul dari sebuah kesadaran. Kesadaaran bahwa apa yang terjadi pasti ada hikmahnya.


Ada beberapa kesadaran yang harus kita asah :


  1. Kesadaran untuk instrospeksi diri. Renungkan /evaluasi bahwa apa yang terjadi mungkin karena kesalahan kita sendiri.   Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
    يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

    " Hai, orang-orang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Q.S.59 Al-Hasyr : 18



    Terjemahan berdasarkan Al-Muasir

  2. Kesadaran untuk perbaikan diri. Kita harus sering memohon ampun kepada Allah Karena manusia itu tidak luput dari kesalahan, Tidak ada yang sempurna. Maka harus ada kesadaran untuk memperbaiki diri.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
    يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

    " Hai, orang-orang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang sungguh-sungguh. Mudah-mudahan Tuhan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, yaitu pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang beriman yang bersama dengannya; cahaya mereka memancar di hadapan dan di kanan mereka. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah cahaya untuk kami dan ampunilah kami. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”  Q.S.66 At-Tahrim : 8



    Terjemahan berdasarkan Al-Muasir

  3. Kesadaran untuk ikhtiar. Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, kita butuh terus ikhtiar untuk memperbaiki diri. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
    فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ . وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ 

    " Apabila kamu telah selesai mengerjakan suatu urusan, maka tetaplah bekerja keras untuk urusan berikutnya,dan hanya kepada Tuhanmu, hendaknya kamu berharap." Q.S.94 As-Syarh : 7-8



    Terjemahan berdasarkan Al-MuasirQS. Asy-Syarh:7



    Terjemahan berdasarkan Al-Muasir

  4. Kesadaran untuk menjaga totalitas. Dalam hidup, Kita akan selalu berhadapan dengan ujian, baik itu yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu kita harus punya kesadaran untuk menjaga totalitas melakukan yang terbaik.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
    ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

    " Allah yang menciptakan mati dan hidup, untuk mengujimu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya. Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun." Q.S.67 Al Mulk : 2



    Terjemahan berdasarkan Al-Muasir

  5. Kesadaran untuk beradaptasi. Kita harus selalu berusaha untuk beradaptasi dan berdamai dengan keadaan. Agar hidup lebih nyaman dan efisien.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
    لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

    " Pada diri manusia ada malaikat-malaikat yang selalu menjaga bergiliran, dari depan dan dari belakangnya. Mereka bertugas atas perintah Allah. Sesungguhnya, Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tak ada yang dapat menolak dan melindungi mereka selain Allah." Q.S.13 Ar-Ra’du : 11



    Terjemahan berdasarkan Al-Muasir

  6. Kesadaran untuk mendengar nasihat. Karena jiwa manusia fluktuatif, ada saat semangat tetapi seringkali muncul juga keputus asaan, maka kita harus sering mendengarkan nasihat agar hati menjadi lebih kuat dan  tenang. Salah satu caranya adalah dengan rajin mengikuti majelis taklim/majelis ilmu.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
    الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ

    " yaitu mereka yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat." Q.S.39 Az Zumar : 18



    Terjemahan berdasarkan Al-Muasir

  7. Kesadaran utuk berbagi. Allah akan membukakan jalan keluar untuk berbagai masalah hidup kita dengan berbagi. Berbagi harta, tenaga maupun dengan doa. Karena Saat Kita berbagi, kita seperti sedang menanam benih kebaikan yang akan kita rasakan hasilnya di kemudian hari berupa keberkahan untuk kita.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
    مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

    " Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai dan pada setiap tangkai terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan pahala bagi orang yang dikehendaki-Nya dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui." Q.S.2 Al Baqarah : 261



    Terjemahan berdasarkan Al-Muasir

  8. Kesadaran untuk menjaga amanah. Rasulullah S.A.W bersabda, " Lakukan enam perkara, Aku jamin Engkau masuk surga : Jujur, Penuhi Janji, Tunaikan Amanah, Jaga Kehormatan, Jaga pandangan, dan jaga tanganmu dari kesewenag-wenangan." (H.R. Ahmad)

Berbaik sangka adalah modal utama untuk menjawab ujjian, maka ke 8 poin daiatas adalah cara kita agar bisa menjawab segala ujian yang datang dalam hidup.




Sumber : 

Kajian Majelis Percikan Iman (14 November 2021)

Ust. DR. Aam Amirudin. M.SI.

Copyright © 2015 Catatan Kajian Majelis Taklim Bandung
| Distributed By Gooyaabi Templates